A. TAQDIM
Sejak awal kemunculannya, lingustik
arab - ilmu nahwu – gramatika arab ( sintaksis ) adalah menjadi perhatian para
pemerhati yang sangat serius. Hal ini didasarkan pada ekspansi islam yang
niscaya berinteraksi dengan kalangan non arab ( ajam ) sehingga keabsahan
bahasa arab original ( Fusha ) banyak terkontaminasi bahasa non arab dan banyak
melenceng dari yang semestinya.
Pada
periode awal munculnya keilmuan gramatika bahasa arab terbukti disebabkan oleh
beberapa kasus ungkapan yang dilontarkan dalam komunikasi kehidupan
sehari-hari. Diantara kasus tersebut adalah ungkapan ambigu yang diucapkan oleh
putri tokoh awal ilmu nahwu yaitu Abu Aswad Ad Daulli yang mengatakan pada
ayahnya dengan ungkapan “ ما أحسنُ السمآءِ “ . mendengar ungkapan tersebut, maka Abu
Aswaq Ad daulli menimpalinya dengan jawaban “نجومُها
“. Kemudian ia berkata “ Hai ayah !
Bukan itu yang aku maksud, yang aku maksud adalah “ Alangkah indahnya langit
itu “. Oooh…. Jika itu yang kamu mau, maka kamu harus mengatakan “ما
أحسنَ السمآءَ ! “.
Sejak peristiwa itu Abul Aswad menghadap Amirul mukminin, Ali bin Abi Thalib
ra. Kemudian beliau merekomendasikan Abu Aswad untuk menyusun gramatika bahasa
arab melalui arahan dan bimbingannya
dengan tujuan untuk menjaga keotentikan bahasa arab sebagai bahasa Al Qur’an.
Diantara
keseriusan para salafuna as sholih dalam menjaga kebenaran bahasa arab, Imam
Hasan Al Bashri ra. ketika salah berucap spontan dia beristighfar kepada Allah
swt, atas kesalahan berucapnya. Maka dikatakan kepadanya, mengapa anda beristighfar
hanya karena salah bahasa?. Dia
menjawab, barang siapa yang salah berbahasa arab, maka dia telah berbohong pada
mereka ( orang-orang arab ), dan barang siapa yang berbohong, maka dia telah
melakukan perbuatan su’ ( buruk ). Bukankah Allah berfirman ;
من يعمل سوء أو يظلم نفسه ثم
يستغفر الله يجد الله غفورا رحيما (
النسآء ؛ 110 )
Dari
abad pertama lahirnya ilmu nahwu hingga saat sekarang, senantiasa mengalami
fase-fase tajdidud thoriqoh atau pembaharuan metode dalam implementasi penyusunan
kitab dan pembelajarannya. Seperti halnya kitab / buku gramatika bahasa arab
yang berbentuk natsar ( prosa ) dan nadham ( syi’ir ) dari yang cakupannya luas
hingga simple dan sederhana. Upaya tajdid tersebut adalah untuk memberikan
kemudahan dalam mempelajarinya sehingga ghirah belajar dari generasi ke
generasi tetap kokoh dan kuat.
Konsep يسروا
ولا تعسروا yang disabdakan oleh nabi Muhammad saw,
adalah sangat tepat untuk diterapkan di setiap pereode perkembangan kemajuan
zaman, terlebih di era informasi ini yang tak bisa dielakkan, dimana hal-hal
yang sifatnya makro bisa diakses dengan sangat mudah dan cepat. Hal inilah yang
menuntut para pemerhati pendidikan senantiasa berkreasi dan berinovasi sebagai
alternative jawaban dari yang disabdakan oleh nabi Muhammad saw, tersebut.
Amtsilati
adalah termasuk diantaranya. Amtsilati adalah sebuah metode mutakhkhir program
pemula memahami gramatika bahasa arab, yang berisi materi-materi pokok yang
layak dikenal dan diketahui lebih awal bagi para pemula secara sistimatik.
Amtsilati tak ubahnya adalah nadham Alfiah ibnu Malik, yang mengkolaborasi
antara shorfiyah dan nahwiyah. Namun, walaupun demikian Amtsilati masih
tergolong kitab / buku yang digunakan untuk kalangan atau tingkat dasar bukan
menengah ataupun mahir.
B. LATAR BELAKANG
Lahirnya AMTSILATI berawal dari pengalaman nyatri Penulis di PP Maslahul Huda Kajen Margoyoso dan
bersekolah di Perguruan Islam Mathali’ul Falah dibawah asuhan KH. Sahal Mahfudh
dan KH. Abdullah Salam. Hal tersebut berdasar pada pengamatan dan perenunngan
beliau bahwa asumsi masyarakat enggan belajar ilmu nahwu dan shorof disebabkan
karena belajar gramatika bahasa arab dan membaca kitab itu sulit. Maka
kemudian muncullah sebuah pertanyaan di benak beliau, Adakah metodhe atau cara yang dapat
mengantarkan santri mampu membaca kitab kuning dengan cepat ? sebagaimana orang
yang belajar membaca al qur’an dengan metode qira’ati yang sangat cepat ?. Pertanyaan
ini timbul dibenak beliau mengingat kebanyakan teman beliau yang sudah banyak
hafal nadhoman kitab Alfiyah namun belum juga bisa mampu membaca kitab kuning.
Sejak itulah Penulis
mulai proses menulis rumus-rumus dan dasar-dasar sampai terkumpul sebanyak 150
bait. Berlangsunglah uji coba pembelajarannya pada empat temannya yang bersama-sama bekerja
di suatu perusahaan Mebel di desanya dan dirasakan hasilnya sangat signifikan.
Merasa kurang puas dengan
keilmuan beliau, kemudian beliau dengan tekad dan semangat yang kuat ingin
memantapkan mujahadahnya beliau mondok
kembali dan berguru Thoriqoh di Pesantren KH. Salman Dahlawi Popongan. Namun
selang seminggu beliau mondok tiba-tiba ujian dan cobaan Allah menimpa beliau. Ayahnda
beliau meninggal dunia. Dan yang sangat menjadi kedukaannya beliau tidak bisa
mengantarkan almarhum ke tempat pemakaman beliau. Dengan ketabahan dan
kesabaranya beliau mampu menyelesaikan bimbingan thoriqoh dan dinyatakan lulus dalam
waktu yang relatif cepat, beliau menyelesaikannya dalam waktu 100 hari.
Mulai tanggal 27 Rajab
2001, beliau riyadloh dan mujahadah dengan melazimkan amalan thoriqoh sampai
tanggal 17 Romadlon 2001. Dalam perjalanan riyadloh dan mujahadahnya, beliau seakan-akan dihadiri oleh Mursyidud
Thoriqoh bersama para auliya’illah, diantaranya adalah K . Mutamakkin dan penyusun
kitab Alfiyah yaitu Al Allamah Muhammad ibni Abdillah Ibni Malik Al Andalusy.
Sejak itu munculah dorongan yang amat keras untuk menulis dan pada tanggal 27
Romadlon 2001, dengan ijin Allah SWT. selesailah penulisan Amtsilati.
HAKIKAT DAN TUJUAN BELAJAR AMTSILATI
I.
HAKIKAT AMTSILATI
Jika didefinisikan, maka Amtsilati adalah ;
“ قواعـــد اللغة
العربية الأساسية على الطريقة الحديثة بأمثلة من الآيات القرانية
سهولة الهضم والفهم
المحبوبة واللآئقة للمبتدئين من الصبيان والغلمان و ذوي الهرم
“
“ Qoidah –qoidah bahasa Arab tingkat Dasar model terbaru,
Dengan Contoh-contoh dari ayat-ayat Al Qur’an Yang Mudah Dicerna, mudah difahami dan
Menyenangkan, layak bagi pemula baik
Kanak-kanak, remaja ataupun
Kawak-kawak “
Dari definisi tersebut, maka amtsilati hanyalah materi-materi
dasar yang didesain dengan formula khusus dengan contoh-contoh yang hampir
secara keseluruhan menggunakan ayat-ayat al qur’an. Dalam penerapannya
Amtsilati menggunakan pendekatan system AKOMUDIS ( Aktif, Komunikatif,
Dialogis ) dari semua unsur elemen yang terlibat didalam proses belajar
mengajar.
Amtsilati bukanlah segala-galanya, Terlebih amtsilati
hanyalah contoh-contoh. Sebagaimana penulis selalu mengungkapkan bahwa ;
- Amtsilati hanyalah Contoh bukan Tokoh
- Amtsilati hanyalah Jembatan bukan
Tujuan
- Amtsilati hanyalah Pemula bukan Pemuka
- Amtsilati hanyalah Penunjang bukan
Penerjang
- Amtsilati hanyalah Wasilah bukan
Pemisah
Selain menggunakan
pendekatan system AKOMUDIS tersebut di atas, dalam penguatan daya serap dan
hafalannya amtsilati juga menggunakan pendekatan sebagai berikut ;
- TA’WID (تعــويد
) yang bermakna
pembiasaan. Dapat juga dikata Takrir pengulangan, yaitu santri dibimbing untuk
mengulang-ulang atau membiasakan membaca materi yang dipelajari secara terus
menerus, baik rumus qoidah maupun kholashahnya, dengan kata lain bisa itu
karena biasa
- TAHFIDH ( تحفيظ
). Setelah santri mengulang-ulang atau melakukan pembiasaan membaca materi
rumus qoidah atau kholashah, maka efektifitas hal tersebut akan melaju pada
proses hafal. Dengan hafal santri akan
lebih mudah memasuki jenjang atau tahap berikutnya yaitu Tafhim
- TAFHIM (تفهيم ) yang
bermakna faham atau memahamkan. Santri akan bisa membaca Basamalah yang tanpa
harakat karena diulang-ulang atau dibiasakan menbacanya berkali-kali sehingga
ketika hafal akan lebih mudah memberikan pemahaman kandungan materi yang
tersirat di dalamnya.
- TATHBIQ (تطبيق ) yang bermakna penerapan. Tahapan ini adalah tahapan
akhir yaitu penerapan pada teks-teks bahasa arab atau kitab dengan tanpa
mengesampingkan pendampingan / bimbingan dari seorang guru secara continue
II.
TUJUAN BELAJAR AMTSILATI
Adapun tujuan mempelajari gramatika bahasa arab khusunya
Amtsilati tidak berbeda dengan mempelajari kitab gramatika bahasa arab yang
lain, yaitu ;
E
ألإشتغال بتعلم أمثلتي
وسيلة إلى معرفة اللغة العربية
E
ألإشتغال بتعلم اللغة
العربية وسيلة إلى فهم معاني الكتاب والسنة
E ألإشتغال بفهم معانيهما وسيلة إلى العمل بما
فيهما من المأمورات والمنهيات
ألإمتثال بالمأمورات
والإجتناب عن المنهيات – هي حقيقة التقوى
والتعبد واستحقاق الهداية من الله تعالى
Sesuai
dengan sabda rasulullah saw. Beliau bersabda ;
" أحبوا العرب لثلاث
خصال، لأني عربي والقران عربية وكلام أهل الجنة عربية "
“
Cintailah bahasa arab itu karena tiga hal,karena aku bangsa arab, karena
alqur’an berbahasa arab dan karena dialect penduduk surga berbahasa arab “
Al
‘Allamah syaikhul Islam Ibnu Taymiyah ra. berkata ;
إن
نفس اللغة العربية من الدين ومعرفتها فرض واجب فإن فهم الكتاب والسنة فرض ولا
يفهمهما أحد إلا بفهم اللغة العربية وما يتم الواجب إلا به فهو واجب ( إقتضآء
الصراط المستقيم 126 )
“ Sesungguhnya bahasa arab itu sendiri adalah bagian dari
agama. Mengetahui bahasa arab hukumnya adalah fardlu, karena untuk memahami al
qur’an dan as sunnah hukumnya adalah fardlu. Dan seseorang tidak bisa
memahaminya tanpa memahami nahasa arab. Dan
sesuatu yang menjadi penyebab sempurnanya sesuatu yang wajib maka
hukumnya juga wajib “.( Iqtidlo’usshiratil Mustaqim ; 126 )
Dengan batasan tujuan tersebut di atas, maka tidak ada
pertentangan antara amtsilati dengan kitab-kitab klasik terdahulu yang memiliki
fungsi dan tujuan yang sama yaitu untuk memahami bahasa alquranul karim yang
sekaligus menjadi bahasa surga.
SISTIMATIKA MATERI AMTSILATI
Secara
umum semua kitab nahwu atau gramatika bahasa arab diawali dengan bahasan babul
kalam, dengan alasan bahwa yang akan dibahas pada kitab tersebut adalah tentang
kalam arab, dilanjutkan dengan pembagian
kalam itu sendiri menjadi beberapa bagian yang disebut kalimat. Setelah
membahas kalimat dengan ciri-ciri dan jenisnya dilanjutkan dengan penjelasan
tentang macam-macam I’rab dan tanda-tandanya disusul dengan bab-bab awamil,
baik rofa’ nasab, jer dan jazem.
Sedangkan
amtsilati sedikit berbeda dalam hal susunan bab-bab materi bahasannya, selain
penggunaan contoh-contohnya dengan potongan ayat-ayat al qur’an, hal ini
memungkinkan menjadi karakteristik amtsilati itu sendiri. Penulis mentafshil
atau merinci lebih spesifik dengan menggunakan nalar satu alur sebelum melalui
alur yang lain. Ketika merumuskan tentang kalimat isim, dari ciri-cirinya
hingga macam dan jenisnya dituntaskan lebih dahulu sebelum berbicara tentang
fi’il. Demikian juga beliau tidak mentafshil secara khusus bab-bab tentang
isim-isim yang dibaca rofa’, nasab dan yang lainnya. Hal itu dimaksudkan untuk
lebih memfokuskan perhatian dan memudahkan santri faham dengan tanpa menafikan
bobot sistematika pada kitab-kitab sebelumnya.
Adapun susunan materi pada buku
amtsilati adalah sebagai berikut ;
BAB IV
I. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AMTSILATI DAN YANG LAIN
II. RATIO PERBANDINGAN KEBUTUHAN
ANTARA METODE & KEILMUAN
RAHASIA PENYUSUNAN AMTSILATI
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa hampir semua
kitab / buku gramatika bahasa arab memulai pembahasannya dengan bab kalam,
dengan alasan bahwa yang menjadi topic pembahasan di dalamnya adalah tentang
kalam arabiy. Berbeda halnya dengan buku kecil Amtsilati, yang awal
pembahasannya adalah kata-kata yang mabni yaitu huruf jer, dlomir, isyarah dan
isim maushul. Sistematika penyusunan seperti itu bukan tidak beralasan, justru
di dalam ragkaian ta’lif seperti itu tersirat rahasia ( sir ) yang terkandung
di dalamnya.
Berikut ini kami mencoba membahas
rahasia-rahasia tersebut, sebagaimana yang kami dapatkan dari penulis amtsilati
itu sendiri dengan mengajukan beberapa pertanyaan, di antaranya ;
a. Mengapa
Amtsilati diawali dengan pembahasan huruf jer ?
-
Penulis menjelaskan perntanyaan tersebut dengan
tafshil,
o
Pertama,
dengan alasan fenomena al qur’an sebagai sumber dari segala ilmu yang banyak
tersirat rahasia di dalamnya diawali dengan
kalimat بسم
الله الرحمن الرحيم
yang huruf pertamanya adalah huruf jer yaitu بِ
.
o
Kedua, بِ adalah symbol huruf yang berkarakter, yaitu ;
selalu berharkat kasrah sebagai symbol tawadlu’, bernoktah satu sebagi
symbol tauhid.
o
Ketiga, secara filosofi setelah huruf بِ adalah kalimat اسم yang bisa diartikan sebuah derajat yang
tinggi di sisi Allah dan makhluknya. Untuk meraih kedudukan, pangkat dan
derajat yang mulia tersebut, maka harus didahului dengan sikap tawadlu’ dan
beriman serta bertauhid kepada Allah swt. Hal ini diungkap dalam kholashah
ibnun Malik pada baitnya yang berbunyi ;
بِالْجَـــــــــــــــــرِّ
وَالتَّنْوِيْنِ وَالنِّــــــدَا وَأَلْـــــــ ۞ وَمُسْنَدٍ لِلْإِسْــــــمِ
تَمْيِـــــــــــيْزٌ حَصَــــــلْ
“ Tanda isim
dengan jer tanwin, Al, Nida’ dan musnad ilaih contoh fa’il mubtada’ “
o
Keempat, Secara Rasional, yaitu ; bahwa pemula
dibayangkan masih belum bisa apa-apa, jadi yang diberikan adalah hal-hal kecil,
ringan, mudah, simple dan tidak dijelaskan hakikatnya. Contoh : Kalam adalah
……. Seperti anak kecil cukup diberikan pelajaran bapak, ibu dll. Tidak dibahas,
bapak adalah ………. Dan seterusnya…..
b. Kenapa setelah membahas huruf jer kemudian
dlomir ?
o
Sebagaimana dijelaskan pada sya’ir di atas, setelah
jer adalah tanwin yang oleh beliau diartikan dengan niat yang baik. Niat
menjadi penentu segala perbuatan manusia. Dengan niat perbuatan mubah bisa
bernilai ibadah dan begitu juga sebaliknya. Niat tempanya di hati, dan hati
bahasa arabnya adalah dlomir dan dlomir
hukumnya harus mabni.
Dari paparan tersebut bisa disimpulkan sebuah pengertian, bahwa selain
kita mendahulukan beriman dan tawadlu’ untuk meraih kedudukan mulia kita harus mengokohkan
hati kita dengan niat yang benar. Hal ini juga sebagai prinsip dalam aktifitas
kehidupan sehari-hari kita.
Selanjutnya jenis dlomir yang disebutkan dalam Amtsilati hanyalah Dlomir
munfashil dan dlomir Muttashil tanpa membahas dengan ungkapan dlomir bariz (
tampak ) atau mustatir ( tersimpan ). Hal itu adalah lambang bahwa dalam hidup
hati kita harus memperhatikan hubungan / hablun min al - Allah dan hablun min al - naasi, dengan
memperbaiki dua hubungan tersebut maka kita berhak menyandang sebutan Ibadillah
as shalihin.
Jumlah dlomir dalam drivasinya berjumlah duabelas yang terklasifikasi
menjadi tiga, yaitu Mutakallim, Ghaib dan Mukhotab. Mutakallim adalah symbol
keharusan untuk memperbaiki diri sendiri sebelum orang lain. Mukhotahab adalah symbol keharusan untuk
memberikan manfaat pada orang lain. Sedangkan yang Ghaib adalah symbol dari
semua yang kita lakukan hanyalah untuk yang Ghaib yaitu Allah swt. Jumlah 12
juga menjadi lambing bahwa, sehari 12 jam, semalam 12 jam, setahun 12 bulan, kalimat
tahlil ( لآإله
إلا الله ) 12 huruf, kalimat محمد
رسول الله 12 huruf, nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 dan di
surga memancar 12 mata air فانفجرت منه اثنتا
عشرة عينا
Dan mengapa dlomir itu mabni ?. Sebagai jawabannya, dalam hidup harus
punya prinsip yang kuat, karena setiap melaksanakan pasti banyak rintangan maka
hati kita harus teguh dan kokoh لا
يخافون لومـــة لآئم dicaci tidak sedih dan disanjung tidak
sombong.
c. Mengapa setelah
dlomir membahas Isyarah ?
Sebagaimana dirinci di atas, dlomir atau hati harus kuat dan teguh,
sedangkan hati supaya kuat dan kokoh, maka harus diisi dengan petunjuk (
isyarah ) yang juga kokoh ( otentik / au-ten-tik ) yaitu al qur’anil karim
d. Mengapa
dilanjutkan dengan pembahasan isim Maushul ?
Maushul artinya adalah penghubung. Setelah hati kita dikuatkan, diisi
dengan petunjuk yang mabni yaitu al qur’an yang tujuan akhirnya adalah wushul
yaitu sampai makrifat kepada Allah swt. Untuk sampai pada hal tersebut, maka harus ada shilah ( penyambung ) yang di
dalamnya terdapat robith
yang menjaga, membimbing dan menjadi pengikat erat hubungan washil dan maushul.
Dengan demikian maka kita akan mencapai puncak akhir tujuan kita dengan
terhindar dari bimbingan syetan, sebagaimana dikatakan ;
من
لا شيخ له فشيخه شيطان
BAB VI
CARA MEMPELAJARI BUKU AMTSILATI
1. Belajar amtsilati
dalam keadaan bersih, rapi dan suci
2. Membaca hadlorah Fatihah pada Mu’allif
Amtsilati dan ‘Ulama’ Nuhat
3. Buku jilid, Qoidaty dan Kholashah semua dalam
keadaan terbuka
4. Mengawali pembelajaran dengan membaca materi
pada Rumus Qoidah dengan diulang-ulang
Contoh : Huruf Jer antara lain :
أمن إلى/ حتى خلا/ حاشا عدا/ في/ عن على/ مذ منذ رب/ ل/ كي/ و ت ك/ ب/ لعل متى
5. Membaca
Judul Materi Bab pada halaman buku jilid
Contoh ; من tanpa harakat dibaca مِنْ menjadi مِنْأمن إلى/ حتى خلا/ حاشا عدا/ في/ عن على/ مذ منذ رب/ ل/ كي/ و ت ك/ ب/ لعل متى
6. Menerangkan judul sesuai kebutuhan
9. Menjelaskan kata yang bergaris bawah dengan keterangan yang ada di kotak bagian bawah, seperti :
10. Jika dalam contoh ayat terdapat kalimat yang tidak sesuai dengan qo’idah, maka tidak usah dibahas dahulu atau dilewati saja
7.Gunakan penjelasan yang singkat, bahasa
sederhana dan mudah difahami ketika menjelaskan materi
8. Membaca contoh ayat dua kali, bacaan pertama dengan harakat yang lengkap, bacaan kedua dengan waqof. Contoh : فِيْهَآ أَنْهَـــارٌ من مَّآءٍ غَـيْرِ اٰسِنٍ 9. Menjelaskan kata yang bergaris bawah dengan keterangan yang ada di kotak bagian bawah, seperti :
۞
من adalah
huruf jer. Dasarnya ….
۞
من adalah
huruf jer, huruf hukumnya mabni dasarnya
……
۞
إلى الله , الله dibaca
kasrah karena setelah huruf jer yaitu …..
dasarnya ....
10. Jika dalam contoh ayat terdapat kalimat yang tidak sesuai dengan qo’idah, maka tidak usah dibahas dahulu atau dilewati saja
11. Senantiasa
menanyakan materi yang sudah dipelajari pada contoh-contoh ayat yang ada.
12. Usahakan
santri hafal rumus qoidah dan Kholashah
13. Jangan
dilanjutkan, jika materi sebelumnya belum difahami
14.Jangan
menahan santri yang sudah bisa dan jangan memaksa yang belum faham untuk
dilanjutkan
15. Mengakhiri
pembelajaran dengan membaca ulang materi pada Rumus Qoidah
16. Menutup
dengan pembacaan do’a
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis.
Walaupun demikian manusia lahir memiliki kemampuan yang bersifat fithrah. Namun
kemampuan bawaan yang dimiliki tidak akan berkembang dengan sendirinya, masih
membutuhkan instruksi dan mujahadah, bimbingan dan pemeliharaan yang intens,
terlebih pada usia dini.
Dengan
tawaran metode pembelajaran Amtsilati kita sambut dan kita jemput gairah
belajar anak-anak kita khususnya pada bidang gramatika bahasa arab. Jadikan
Amtsilati pondasi awal yang mendasar sebagai legitimasi kemampuan menuju
jenjang di atasnya. Berikan mereka kemudahan bukan mempersulit, berikan mereka
kesenangan jangan membuat mereka gelisah. Sayangilah anak-anak kita, karena
mereka butuh dipuji bukan dicaci, mereka butuh dibimbing bukan dibanting,
mereka butuh disetir bukan diusir dan mereka butuh ditanyakan bukan disirna dan
dilenyapkan.
Ingat
pesan mulia !
يسروا
ولا تعسروا وبشروا ولا تنفروا واذكروا أن أولادكم يولدون في زمان غير زمانكم !
Bondowoso, 24 Maret
2017
Instruktur Amtsilati
Korcab. Bondowoso
Uts. Baihaki
Korcab. Bondowoso
Uts. Baihaki